Anas bin An-Nadhar RA — Ketika Hati Terbakar Rindu Surga
Di antara para sahabat Rasulullah ﷺ, ada satu nama yang menjadi simbol keteguhan, keberanian, dan kerinduan kepada surga. Ia adalah Anas bin An-Nadhar RA, sepupu dari Anas bin Malik RA.

Sosok yang mungkin tidak setenar Hamzah, Ali, atau Khalid bin Walid, namun kisahnya menjelma sebagai inspirasi iman sepanjang zaman.
Penyesalan Yang Mengubah Hidupnya
Ketika Perang Badar terjadi, Anas bin An-Nadhar RA tidak bisa ikut.
Ia menyesal, sangat dalam. Penyesalan itu bukan karena ingin gelar pahlawan, tetapi karena:
Ia melewatkan kesempatan bersama Rasulullah ﷺ dalam momen terbesar pembelaan Islam.
Lalu ia berkata tegas:
“Jika Allah siapkan peperangan lain bersama Rasulullah ﷺ, aku tidak akan tertinggal!”
Inilah kalimat niat dan tekad yang tulus dari seorang mukmin sejati.
Suatu Hari di Uhud — Keteguhan di Saat Banyak Yang Goyah
Ketika Perang Uhud terjadi, sebagian pasukan Muslim goyah. Sebagian bahkan turun dari bukit pemanah karena mengira perang telah usai.
Namun Anas bin An-Nadhar RA tetap berdiri kokoh.
Ia berkata kepada para sahabat yang ragu:
“Wahai kaum Anshar! Demi Allah, aku mencium bau surga dari balik Uhud!”
(HR. Bukhari)
Bayangkan…
Di tengah kekacauan, ia justru mencium aroma surga.
Hatinya dipenuhi iman. Matanya hanya melihat janji Allah.
Lalu ia menerjang musuh seorang diri, berjuang sampai nafas terakhir.
Akhir Yang Mulia — Tubuh Tidak Terkelnali
Setelah perang selesai, sahabat mencari jasadnya. Mereka menemukannya penuh luka — lebih dari 80 luka pedang, tombak, dan panah.
Tubuhnya rusak, wajahnya tak dikenali.
Siapa yang mengenalinya? Saudarinya… melalui ujung jarinya.
Begitu dahsyat pengorbanannya.
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dia telah membenarkan janjinya kepada Allah, maka Allah pun membenarkan janji-Nya kepadanya.”
(HR. Bukhari)
Subhanallah…
Apa lagi yang lebih mulia selain itu?
Pelajaran Besar Untuk Kita
✅ 1. Penyesalan yang benar menumbuhkan amal
Bukan hanya bilang “seandainya”, tetapi berubah lebih baik.
✅ 2. Iman kuat melahirkan keberanian
Ketika orang lain goyah, ia tetap kokoh.
✅ 3. Surga itu nyata
Sampai seseorang merasa seakan-akan mencium aromanya.
✅ 4. Kenapa kita lemah?
Karena sering lupa tujuan hidup.
Kita tidak diminta mati seperti Anas,
tapi diminta hidup dengan iman sekuat itu.
Renungan
Hari ini kita sering kalah melawan rasa malas dan godaan dunia,
padahal Anas bin An-Nadhar RA menang melawan ketakutan dan kematian.
Ia rindu surga…
Bagaimana dengan kita?
Doa
Allahumma ya Rabb, karuniakan kepada kami hati yang rindu surga seperti hati Anas bin An-Nadhar RA.
Jadikan kami orang-orang yang menepati janji kepada-Mu,
teguh di jalan iman, dan husnul khatimah.
Aamiin.
